Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Jumat, 21 September 2012

Pengertian Putra-Putri Altar

Pengertian Putra-Putri Altar

Putra-Putri altar atau sering juga disebut sebagai misdinar (Belanda : misdienarr) adalah satu posisi dalam Gereja Katolik yang diperuntukkan bagi umat awam dan kaum klerus yang belum mendapatkan Sakramen Imamat Suci, namun dikarenakan posisi ini banyak diisi oleh kaum awam maka dalam pandangan umat, posisi  ini lebih dikaitkan dengan peran umat awam.
Pada awalnya misdinar (Latin : acolite) adalah para frater. Selama masa pendidikannya, Gereja menganjurkan agar para frater minimal pernah menjadi baik sebagai putra altar maupun sebagai seremonarius (sebagai tambahan; seremoniarius adalah seseorang dalam Misa Kudus yang bertugas untuk mengatur agar Misa Kudus berjalan dengan lancar, baik dengan mengoordinasi selebran maupun umat dan petugas liturgi). Hal ini yang berdampak secara langsung kepada hal-hal berikut ini :


1. Pakaian liturgi resmi putra altar dari Takhta Suci Vatikan adalah jubah hitam (cassock) dipadukan dengan superpli, dikarenakan jubah hitam adalah pakaian sehari-hari para biarawan-biarawati zaman dahulu dan warna hitam melambangkan keadaan manusia yang penuh dosa (pengecualian dilakukan bagi para klerus yang berdomisili di daerah tropis; dikarenakan iklim yang cukup panas, diberikan privilese khusus dengan diperkenankan mengenakan jubah berwarna putih yang seharusnya hanya menjadi hak pribadi dan istimewa Paus).

2. istilah putra altar, karena sampai Konsili Vatikan II, hanya para frater yang menjalani tugas sebagai putra altar; kemudian Gereja membuka jalan bagi mereka yang mau melayani Tuhan dengan membantu imam selebran di altar namun tidak ingin menjalani kehidupan membiara dengan menjadi putra altar (penting ! sampai saat tersebut, hanya yang berjenis kelamin pria yang diperbolehkan; baik sudah menikah ataupun belum, dengan syarat usia minimal tertentu). Sampai pada Konsili Vatikan II, Gereja membuka jalan selebar-lebarnya bagi umat yang ingin berpartisipasi memeriahkan liturgi dan Misa Kudus dengan cara yang wajar dan berkenan kepada Allah, tanpa merusak keindahan liturgi itu sendiri. Pada masa itulah, istilah putri altar muncul dengan diperkenankannya mereka yang berjenis kelamin wanita ikut melayani sebagai misdinar di altar Tuhan.

Pada dasarnya tugas seorang putra atau putri altar adalah membantu imam selebran atau konselebran dalam memimpin Misa Kudus. Berikut rincian tugas mereka (baik dalam Misa biasa, Misa Hari Raya, atau Misa yang dipimpin oleh Uskup) :
1. Membawakan salib, lilin bernyala, wiruk dan dupa saat perarakan (Misa Hari Raya) atau tongkat uskup (Misa yang dipimpin oleh uskup; dengan turut mengenakan velum).
2. Mendupai imam selebran pada saat pembukaan setelah sampai di altar dan imam mendupai altar (apabila ada imam konselebran, maka tugas mendupai imam selebran diserahkan kepadanya, demikian pula jika ada uskup), (MISA HARI RAYA)

Catatan penting ! 
Imam dan umat hanya didupai dengan aturan 2 x 3 (duplex trictibus) yakni mengayunkan wiruk sebanyak 2 kali ayunan di bagian kiri, bagian tengah, dan bagian kanan sehingga berjumlah 6 kali ayunan dan HARUS terdengar suara sentuhan wiruk dan rantai wiruk (crik....crik...)

3. Kembali mendupai imam (jika dipimpin oleh imam selebran, maka yang didupai adalah dirinya, namun jika terdapat imam konselebran atau uskup, maka yang didupai ialah imam yang diberikan tugas membaca Injil) pada saat imam mempersiapkan diri untuk membaca Injil (pada saat Bait Pengantar Injil) (MISA HARI RAYA)
4. Membawa lilin bernyala pada saat imam membaca Bacaan Injil,
5. Membantu imam mengambil persembahan (jika umat yang menghantarkan persembahan),
6. Mengantarkan materi-materi Ekaristis ke altar (piala, sibori, ampul, wadah lavabo, dan lavabo),
Catatan penting !
Urutan 1 set piala : KORPORALE - PALLA - HOSTI - PATENA - PURIFIKATORIUM - PIALA

7. Menghantarkan wiruk bagi imam untuk mendupai materi Ekaristi setelah imam mengucapkan doa persiapan Ekaristi dan kemudian dilanjutkan dengan mendupai umat, (MISA HARI RAYA)
8. Mendupai pada saat konsekrasi (MISA HARI RAYA),
9. Membunyikan tanda-tanda tertentu pada saat Doa Syukur Agung (lonceng, gong, dll), yang telah disetujui oleh Gereja,
10. Membawa lilin bernyala pada saat pembagian komuni,
11. Membawa kembali 1 set piala dan sibori ke meja credens, dan
12. Membawa salib dan tongkat uskup dengan mengenakan velum pada saat perarakan (MISA HARI RAYA).
Keberadaan para misdinar di panti imam (sanctuarium) memberikan dampak langsung bagi keberlangsungan Misa karena secara jelas umat melihat ada pihak lain selain imam dan petugas liturgi yang berada di altar dan ini berarti pandangan umat bisa semakin terbagi-bagi dan bisa saja mengakibatkan umat tidak fokus selama Misa Kudus berlangsung. Oleh karena itu, setiap putra/putri altar yang bertugas diwajibkan untuk menjaga sikap dan bahasa selama bertugas dalam Misa. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menjaga khidmatnya Misa Kudus dan sekaligus memberikan teladan bagi umat bagaimana mengikuti Misa Kudus dengan benar.
Berkaitan dengan kalimat terakhir, jelas bagi kita, secara tidak langsung, misdinar menjadi pewarta Gereja dalam hal memberitahukan kepada umat tata cara yang benar bagi umat dalam mengikuti Misa karena tata gerak yang dilakukan oleh misdinar selama Misa berlangsung adalah tata gerak yang sama dengan umat, namun berbeda dengan imam.
Hal kedua, misdinar memperoleh bagian khusus dalam misteri Ekaristi. Misdinar bersama-sama dengan imam selebran, mengambil bagian langsung dalam misteri agung iman tersebut. Misdinar menghantarkan materi Ekaristi dan imam yang mempersembahkannya kepada Allah. Setelah dikonsekrasi, misdinar berada dalam jarak yang paling dekat kedua dengan Allah yang mewujud dalam Tubuh dan Darah Kristus, setelah imam sendiri. Curahan rahmat Ekaristi yang begitu melimpah, baik disadari atau tidak, lebih dahulu turun kepada para misdinar, daripada kepada umat. Demikian pula, misdinar memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang Ekaristi daripada umat.
Begitu banyak rahmat yang dicurahkan Allah kepada mereka yang bersedia untuk melayani-Nya di altar dengan menjadi putra-putri altar. Namun, begitu amat sering pula, Allah bersedih hati melihat putra-putri altar-Nya malah melakukan tindakan-tindakan yang tidak layak selama mereka bertugas di altar. Tindakan-tindakan yang malah mencemarkan liturgi dan Misa Kudus itu sendiri.
Allah merindukan semakin banyak putra dan putri-Nya datang untuk melayani-Nya dalam Misa Kudus. Ia menantikan mereka yang mau dicurahkan rahmat oleh-Nya karena rahmat-Nya yang begitu berlimpah dan tanpa habis. Ia menunggu Anda untuk melayani sesama dalam Misa Kudus bukan hanya itu saja, dan Ia menunggu Anda untuk dikaruniai rahmat suci Ekaristi. Rahmat suci yang hanya bisa diberikan oleh Allah semata, bahkan tidak jarang, para misdinar dikaruniai rahmat yang tidak pernah didapatkan oleh orang lain dan rahmat yang paling tinggi juga pernah diraih oleh banyak putra-putri altar, yakni menjadi orang-orang kudus.
Selamat melayani.
Cintailah Tuhan dalam tugasmu.

Selasa, 18 September 2012

Kami Belajar dan Membuahkan hasil

Banyak hal yang pernah kami lakukan terlebih jika sudah mendekati liburan sekolah, pasti banyak ide-ide cemerlang yang kami sampaikan ke pengurus entah itu Ret-ret, Ziarek (Ziarah rekreasi), Baksos, Live in atau kegiatan lain yang bersifat positif. Dengan mengadakan berbagai kegiatan, kami dapat belajar dari proses pencarian dana sampai acara yang membuahkan hasil.

Dari berbagai kegiatan ini kami misdinar Cijantung tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan dari kegiatan yang telah dibuat kami dapat belajar bagaimana cara membuat proposal, meminta persetujuan ngamen ke Pastor untuk mencari dana, mengunjungi rumah umat untuk meminta dana.

Banyak suka dan duka dalam proses mempersiapkan berbagai kegiatan yang akan kami laksanakan, seperti membuat proposal tidak jarang pembina kami meminta agar proposal harus di perbaiki karena ada yang kurang ini dan itu tetapi kami tahu bahwa segala kritikan yang bersifat positif membuat kami menjadi pribadi yang tadi nya tidak tahu menjadi tahu, yang awalnya tidak mengerti menjadi mengerti.

Tidak hanya dalam membuat proposal tetapi "mengamen maupun kunjungan kerumah umat" merupakan suatu tantangan bagi kami misdinar Cijantung. Tantangan kami pada saat mengamen untuk mencari dana yaitu mengumpulkan teman-teman terlebih misa pagi yang selalu kekurangan orang, peralatan yang tidak lengkap seperti : kardus, gitar, atau tamtam tetapi dengan ada nya tantangan ini kami menjadi kreatif maka setiap kali ada ngamen dan itu misa pagi selalu kami mengadakan jartel dadakan untuk membangunkan satu dengan yang lain.

Apa tantangan kami dalam berbagai kegiatan hanya sampai di ngamen? Oh tidak, ada satu lagi tantangan yang membuat kami belajar bagaimana berkomunikasi dengan umat yaitu dengan mendatangi rumah umat dimana kami harus menjelaskan secara rinci tentang acara yang kami buat biasa nya hal yang di tanyakan umat itu tentang kenapa kalian membuat acara ini, tempat, dan anggaran dana nya mungkin pada saat kita masih belum terbiasa dalam hal ini pasti kita akan gugup untuk menghadapi hal ini.

Tahapan-tahapan dari berbagai kegiatan, terlebih dalam pencarian dana sehingga acara tiap kali kami buat Puji Tuhan selalu membuahkan hasil yang positif menjadikan misdinar Cijantung semakin berkembang dalam pelayanan dan kebersamaan. :)

Doa St.Tarsisius

Santo Tarsisius,
Engkau telah menunjukan kepada kami,
Bahwa kami harus rela mengorbankan segala-galanya bagi Tuhan.
Malah Engkau sampai wafat karena cinta kepada Ekaristi kudus.
Tolonglah kami,
Agar kami menjadi putra-putri altar yang baik,
Yang tidak pernah terlambat,
Sungguh-sungguh berdoa,
Serta mencintai Tuhan dengan sepenuh hati.
Amin

"Santo Tarsisius"

Kalau ada yang bingung dengan judul blog ini kenapa kami membahas Santo Tarsisius atau ada belum tahu tentang Santo Tarsisius maka mengajukan pertanyaan kenapa harus Santo Tarsisius? atau siapa sich Santo Tarsisius itu ?
Kami akan menjawab pertanyaan itu. Setiap calon Misdinar wajib mengetahui siapa itu Santo Tarsisius, baik perjalanan hidupnya sampai doa kepada Santo Tarsisius karena ini dasar untuk menjadi misdinar.

Sejarah Santo Tarsisius :

Pada abad pertama sampai keempat, orang-orang Kristen yang berada di bawah kekuasaan Roma sering kali mendapat penekanan yang sangat keras. Mereka tidak boleh mengikuti misa kudus secara terang-terangan. Bila kedapatan oleh tentara Romawi, mereka akan ditangkap dan dihukum. Bila mereka tetap berkeras mempertahankan iman mereka akan Yesus yang bangkit, maka mereka akan dihukum mati. Meskipun hidup dalam situasi demikian, ada begitu banyak orang yang tak segan-segan menghidupi iman mereka akan Yesus yang bangkit secara terang-terangan.
Tarsisius tinggal di Roma, Italia. Dan ia pun mengalami yang dialami orang Kristen saat itu. Ketika ia berumur sepuluh tahun, ia bersama ibunya seperti biasa mengikuti misa pagi. Misa pagi dilakukan di tempat yang tersembunyi. Setelah memastikan sekelilingnya aman, Tarsisius mengetuk sebuah dinding batu, di sanalah pintu masuk menuju sebuah kapela kecil di bawah tanah yang sangat rahasia, tempat ini sering disebut katakombe. Mereka berjalan merangkak seakan merangkak masuk, dan di sana ditemukan bagitu banyak umat yang sedang berdoa.
Tak lama kemudian muncul seorang Imam dan mereka secara bersama-sama merayakan perjamuan Tuhan. Tarsisius merasa amat bahagia bila ia menerima Tubuh Kristus, dan setiap kali mendengar Imam berkata : “Makanlah dan minumlah, Inilah TubuhKu, Inilah DarahKu” Tarsisius merasa damai. Namun hari itu, setelah misa selesai, Imam melihat sekeliling dan berseru “Sama seperti saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit dan saat ini sedang dalam penjara itu, besok akan dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka cuma berharap agar sebelum mereka mati di mulut singa-singa lapar itu,  mereka menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang Mahakudus. Siapakah yang rela menuju penjara untuk menghantar Ekaristi kudus ini?”
Mendengar hal ini umat saling memandang ketakutan. “Pastor engkau tak boleh pergi karena para serdadu sedang berusaha menangkap engkau”, umat berkata. Dari umat itu ada seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat, mantan serdadu ini menawarkan diri untuk pergi ke penjara. Namun tak diijinkan karena mantan serdadu ini pun sedang dicari untuk ditangkap. Tarsisius merasa bahwa ia mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukkan kepala.
Tarsisius berdiri dan berkata : “Bapak Pastor, biarkan aku menuju penjara membawa Tubuh Kristus buat sesama saudara kita di sana”. Pastor itu pun menjawab : “Engkau masih begitu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kau buat?” Tarsisius tetap meyakinkan Pastor itu, “Bapal Pastor, percayalah. Saya akan berhati-hati, dan akan menjaga Ekaristi Mahakudus ini tiba dengan selamat”. Melihat keberanian Tarsisius, Imam lalu membungkus Sakramen Mahakudus itu dan diberikannya kepada Tarsisius.
Perjalanan melewati daerah serdadu Romawi aman. Namun justru saat melewati sebuah lapangan, di sinilah hambatan datang. Di sana ada sejumlah anak-anak yang sedang bermain. Mereka teman-teman Tarsisius. Tarsisius pun diajaknya bermain, namun Tarsisius menolaknya, penolakan ini disambut lain oleh teman-temannya. Mereka datang mengerumuni Tarsisius, melihat Tarsisius memegang sesuatu di tangan, mereka menarik tangan Tarsisius untuk berusaha melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya, ia bahkan semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Karena itu ia terjatuh ke tanah. Satu diantara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan Tarsisius, dan berkata : “Mari saya buktikan siapa yang paling kuat.” Ia mengambil batu dan dilemparkannya ke arah Tarsisius. Tangannya tetap tak terbuka. Kini ia semakin kuat memeluk Sakramen Mahakudus ke dadanya. Anak-anak itu semakin marah dan brutal, mereka merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali. Tak beberapa menit, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba ada suara berkata : “Stop! Mengapa kamu manganiaya seseorang secara kasar?”
Ternyata suara itu berasal dari serdadu Romawi yang bertobat, yang awalnya menawarkan diri membawa Sakramen Mahakudus. Mantan serdadu ini ternyata mengikuti dari kejauhan. Ia berlari ke arah Tarsisius dan memeluknya dengan perasaan sedih. Ia menggendong Tarsisius yang sudah tak sadarkan diri di pangkuannya. “Tarsisius, Tarsisius.” Panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata : “Tubuh Kristus masih ditanganku.” Setelah mengatakan kata-kata itu, Tarsisius menghembuskan nafasnya.
Demikianlah Tarsisius wafat, ia wafat sebagai martir cilik pada pertengahan abad ketiga. Ia dimakamkan dalam Katakombe Paus St. Kalistus yang terletak di Appian Way. Tarsisius menjadi seorang kudus cilik. Ia diangkat oleh gereja menjadi pelindung putra dan putri altar/ misdinar dan kita kenal sebagai Santo Tarsisius. Pesta St. Tarsisius diperingati setiap 15 Agustus.


Sabtu, 15 September 2012

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Hallo semua teman-teman yang di pilih Tuhan.
Tiap perjumpaan itu harus tau asal seseorang darimana, maka dari itu kami Putra-Putri Altar St. Aloysius Gonzaga ingin memberitahukan darimana asal kami mudah-mudahan informasinya lengkap yach.
Nama Gereja kami adalah Santo Alyosius Gonzaga, alamatnya Jl. Pendidikan III/2, Cijantung. Oh iya kami juga memiliki Kapel St. Valentino yang terletak di komplek kopasus.
Kalau teman-teman kadang bingung mau gereja jam berapa, tenang aja karena gereja kami ada 5 kali misa jadi hayo gak ada alasan untuk gak ke gereja.

Jadwal Misa Gereja St. Aloysius Gonzaga :
Sabtu                  : Pkl. 18.00
Minggu Pagi      : Pkl. 06.00 & 08.00
              Sore     : Pkl. 18.00
Misa Harian      : Pkl. 06.00

Jadwal Misa di Kapel St. Valentino :
Sabtu                : Pkl. 17.30

Tiap gereja pasti ada Pastor yang bertugas dong, ada pastor kepala dan pastor rekan tetapi disini kami akan memberitahukan pastor kepala yang pernah berkarya di gereja kami tercinta :

1. Rm. Jb. Wiyana Haryadi, SJ (1974-11 Feb 1979)
2. Rm. JB. Martasudjita, SJ (11 Feb 1979-31 Juli 1982)
3. Rm. Aloysius Siswopranoto, SJ (31 Juli 1982-1987)
4. Rm. Alexius Widianto, Pr (1987-1993)
5. Rm. Celcius Hardosuyatno, MSF (1993-1 Sept 1994)
6. Rm. Yus Noron, Pr (1999- Sept 2001)
7. Rm. Jacobus Tarigan, Pr (Sept 2001-15 Agust 2005)
8. Rm. Maximus Woga, CSsR (15 Agust 2005-15 Mei 2008)
9. Rm. Michael Molan Keraf, CSsR (15 Mei 2008-Okt 2008)
10. Rm. Christoforus Harry Liong, Pr (Okt 2008- 1 Feb 2010)
11. Rm. Agustinus Malo Bulu CSsR (1 Feb 2010-sekarang)

Di gereja kami ada XII wilayah dan 41 lingkungan.
Yang satu ini juga gak boleh ketinggalan dong, di gereja kami juga ada dewan paroki periode tahun 2010-2013 :

1. Ketua Dewan Paroki : Rm. Agustinus Malo Bulu, CSsR.
2. Pastor Rekan            : Rm. Giovanni Don Bosco Wora, CSsR tetapi karena Rm. Bosco sudah di bebas tugaskan maka pastor rekan di gereja kami sudah berganti menjadi Rm. Marselinus Silviandre TA, CSsR.
3. Wakil Ketua             : Bpk. Ignatius Suprapto
4. Sekretaris I              : Bpk. Robertus Prihantoko
5. Sekretaris II             : Ibu Yustina Date Kia Karmin
6. Bendahara I             : Bpk. Fransiskus Bing Sungkono
7. Bendahara II            : Bpk. FX. Budi Rahardjo

Sudah jauh lebih kenal dengan gereja kami kan ? masih banyak hal-hal yang unik dan itu akan hadir di blog kami. Selamat malam teman-teman, Tuhan Yesus memberkati. Happy sunday yach  :)