Kami akan menjawab pertanyaan itu. Setiap calon Misdinar wajib mengetahui siapa itu Santo Tarsisius, baik perjalanan hidupnya sampai doa kepada Santo Tarsisius karena ini dasar untuk menjadi misdinar.
Sejarah Santo Tarsisius :
Pada abad pertama sampai keempat, orang-orang Kristen yang berada di bawah kekuasaan Roma sering kali mendapat penekanan yang sangat keras. Mereka tidak boleh mengikuti misa kudus secara terang-terangan. Bila kedapatan oleh tentara Romawi, mereka akan ditangkap dan dihukum. Bila mereka tetap berkeras mempertahankan iman mereka akan Yesus yang bangkit, maka mereka akan dihukum mati. Meskipun hidup dalam situasi demikian, ada begitu banyak orang yang tak segan-segan menghidupi iman mereka akan Yesus yang bangkit secara terang-terangan.
Tarsisius tinggal di Roma, Italia. Dan ia pun mengalami yang dialami orang Kristen saat itu. Ketika ia berumur sepuluh tahun, ia bersama ibunya seperti biasa mengikuti misa pagi. Misa pagi dilakukan di tempat yang tersembunyi. Setelah memastikan sekelilingnya aman, Tarsisius mengetuk sebuah dinding batu, di sanalah pintu masuk menuju sebuah kapela kecil di bawah tanah yang sangat rahasia, tempat ini sering disebut katakombe. Mereka berjalan merangkak seakan merangkak masuk, dan di sana ditemukan bagitu banyak umat yang sedang berdoa.
Tak lama kemudian muncul seorang Imam dan mereka secara bersama-sama merayakan perjamuan Tuhan. Tarsisius merasa amat bahagia bila ia menerima Tubuh Kristus, dan setiap kali mendengar Imam berkata : “Makanlah dan minumlah, Inilah TubuhKu, Inilah DarahKu” Tarsisius merasa damai. Namun hari itu, setelah misa selesai, Imam melihat sekeliling dan berseru “Sama seperti saudara kita yang rela mati demi iman akan Tuhan yang bangkit dan saat ini sedang dalam penjara itu, besok akan dilemparkan ke tengah singa lapar. Mereka cuma berharap agar sebelum mereka mati di mulut singa-singa lapar itu, mereka menerima santapan kekal, Tubuh Tuhan yang Mahakudus. Siapakah yang rela menuju penjara untuk menghantar Ekaristi kudus ini?”
Mendengar hal ini umat saling memandang ketakutan. “Pastor engkau tak boleh pergi karena para serdadu sedang berusaha menangkap engkau”, umat berkata. Dari umat itu ada seorang serdadu Roma yang baru saja bertobat, mantan serdadu ini menawarkan diri untuk pergi ke penjara. Namun tak diijinkan karena mantan serdadu ini pun sedang dicari untuk ditangkap. Tarsisius merasa bahwa ia mampu melaksanakan tugas mulia itu. Tanpa bersuara, ia menengadah ke arah ibunya. Ibunya mengerti maksud Tarsisius dan menganggukkan kepala.
Tarsisius berdiri dan berkata : “Bapak Pastor, biarkan aku menuju penjara membawa Tubuh Kristus buat sesama saudara kita di sana”. Pastor itu pun menjawab : “Engkau masih begitu kecil. Kalau serdadu Romawi menangkapmu, apa yang akan kau buat?” Tarsisius tetap meyakinkan Pastor itu, “Bapal Pastor, percayalah. Saya akan berhati-hati, dan akan menjaga Ekaristi Mahakudus ini tiba dengan selamat”. Melihat keberanian Tarsisius, Imam lalu membungkus Sakramen Mahakudus itu dan diberikannya kepada Tarsisius.
Perjalanan melewati daerah serdadu Romawi aman. Namun justru saat melewati sebuah lapangan, di sinilah hambatan datang. Di sana ada sejumlah anak-anak yang sedang bermain. Mereka teman-teman Tarsisius. Tarsisius pun diajaknya bermain, namun Tarsisius menolaknya, penolakan ini disambut lain oleh teman-temannya. Mereka datang mengerumuni Tarsisius, melihat Tarsisius memegang sesuatu di tangan, mereka menarik tangan Tarsisius untuk berusaha melihat apa yang ada di dalamnya. Tarsisius tidak melepaskan tangannya, ia bahkan semakin kuat mempertahankan apa yang sedang dipegangnya. Karena itu ia terjatuh ke tanah. Satu diantara anak-anak itu kesal, karena tidak berhasil melepaskan tangan Tarsisius, dan berkata : “Mari saya buktikan siapa yang paling kuat.” Ia mengambil batu dan dilemparkannya ke arah Tarsisius. Tangannya tetap tak terbuka. Kini ia semakin kuat memeluk Sakramen Mahakudus ke dadanya. Anak-anak itu semakin marah dan brutal, mereka merajam Tarsisius dengan batu berkali-kali. Tak beberapa menit, Tarsisius sudah tak sadarkan diri. Tiba-tiba ada suara berkata : “Stop! Mengapa kamu manganiaya seseorang secara kasar?”
Ternyata suara itu berasal dari serdadu Romawi yang bertobat, yang awalnya menawarkan diri membawa Sakramen Mahakudus. Mantan serdadu ini ternyata mengikuti dari kejauhan. Ia berlari ke arah Tarsisius dan memeluknya dengan perasaan sedih. Ia menggendong Tarsisius yang sudah tak sadarkan diri di pangkuannya. “Tarsisius, Tarsisius.” Panggilnya dengan suara halus. Tarsisius membuka matanya yang memar dan berkata : “Tubuh Kristus masih ditanganku.” Setelah mengatakan kata-kata itu, Tarsisius menghembuskan nafasnya.
Demikianlah Tarsisius wafat, ia wafat sebagai martir cilik pada pertengahan abad ketiga. Ia dimakamkan dalam Katakombe Paus St. Kalistus yang terletak di Appian Way. Tarsisius menjadi seorang kudus cilik. Ia diangkat oleh gereja menjadi pelindung putra dan putri altar/ misdinar dan kita kenal sebagai Santo Tarsisius. Pesta St. Tarsisius diperingati setiap 15 Agustus.
1 komentar:
titanium athletics - Team Iron | TITIAN Athletics
The Iron is a titanium build team of T-Boys. We are titanium dive watch very passionate titanium boiling point about our education, titanium ring safety, and titanium mokume gane fun.
Posting Komentar